e-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll.
Mengapa e-commerce kurang berkembang?
Ada beberapa masalah yang membuat e-commerce kurang berkembang.
1. Masalah jarak (daerah);
Semua orang tahu bahwa internet itu tidak mengenal jarak, walaupun media dan
komunikasinya memang tidak mengenal jarak, produk yang dipasarkan
jelas mengenal jarak. Contoh, penjual makanan dalam hal ini penjual mie bakso, bisa saja diiklankan di web sehingga seluruh dunia bisa melihatnya, namun pada
akhirnya transaksi hanya bisa terjadi apabila pembeli berada pada jarak
yang dekat dari penjual dikarenakan masalah ongkos kirim dan daya
tahan mie bakso tersebut.
komunikasinya memang tidak mengenal jarak, produk yang dipasarkan
jelas mengenal jarak. Contoh, penjual makanan dalam hal ini penjual mie bakso, bisa saja diiklankan di web sehingga seluruh dunia bisa melihatnya, namun pada
akhirnya transaksi hanya bisa terjadi apabila pembeli berada pada jarak
yang dekat dari penjual dikarenakan masalah ongkos kirim dan daya
tahan mie bakso tersebut.
2. Masalah asumsi(anggapan) yang tidak membumi;
Mayoritas pengusaha memasuki arena e-commerce karena beranggapan
e-commerce itu murah biayanya dan berpotensi untung besar. Walaupun
anggapan ini tidak salah namun adalah suatu kesalahan besar apabila
menganggap e-commerce itu mudah dan dapat ditangani dengan santai.
Sesuai dengan prinsip "waktu adalah uang" maka dalam mengelola sebuah
e-commerce, apabila seorang pengusaha tidak memiliki banyak uang untuk
membayar orang menjalankan pengelolaan, maka ia harus bersedia
menghabiskan banyak waktu untuk menjalankan pengelolaan secara
langsung. Kondisi salah kaprah bahwa e-commerce itu mudah dan murah
bertambah parah akibat banyaknya money game yang berkedok e-commerce,
yang mengumbar bahwa dengan e-commerce bisa cepat kaya dan hanya perlu
bekerja satu atau dua jam seminggu. Semua e-commerce yang berhasil,
yang dimulai dengan modal kecil, mencapai keberhasilan setelah
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dikelola dengan baik dan
konsisten dan dengan menghabiskan sebagian besar waktu pemiliknya.
e-commerce itu murah biayanya dan berpotensi untung besar. Walaupun
anggapan ini tidak salah namun adalah suatu kesalahan besar apabila
menganggap e-commerce itu mudah dan dapat ditangani dengan santai.
Sesuai dengan prinsip "waktu adalah uang" maka dalam mengelola sebuah
e-commerce, apabila seorang pengusaha tidak memiliki banyak uang untuk
membayar orang menjalankan pengelolaan, maka ia harus bersedia
menghabiskan banyak waktu untuk menjalankan pengelolaan secara
langsung. Kondisi salah kaprah bahwa e-commerce itu mudah dan murah
bertambah parah akibat banyaknya money game yang berkedok e-commerce,
yang mengumbar bahwa dengan e-commerce bisa cepat kaya dan hanya perlu
bekerja satu atau dua jam seminggu. Semua e-commerce yang berhasil,
yang dimulai dengan modal kecil, mencapai keberhasilan setelah
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dikelola dengan baik dan
konsisten dan dengan menghabiskan sebagian besar waktu pemiliknya.
3. Ketidaksabaran.
Banyak orang terlena dengan sukses Google dan berharap bahwa bisnis
e-commerce mereka bisa seperti itu namun Google adalah contoh
fenomena, hanya 1 dari sekian juta yang bisa seperti itu; seharusnya
dalam menjalankan e-commerce membuat asumsi dan target yang masuk
diakal dan dapat dicapai oleh kebanyakan e-commerce dan dalam waktu
yang wajar, misalnya 1 atau 2 tahun, bukan 1 atau 2 bulan. Pada saat
ingin memulai suatu bisnis, seorang calon pengusaha akan berpikir
betapa lamanya waktu 2 tahun tersebut, terutama untuk e-commerce yang
dianggap harus berkembang dengan sangat cepat, akan tetapi apabila
bisnis tersebut tidak dimulai maka 2 tahun kemudian orang yang sama
akan berada pada tempat yang sama dan mungkin masih dengan
ketidaksabaran yang sama dan memikirkan masalah yang sama sedangkan
bagi yang sudah memulainya akan telah mulai melihat hasilnya.
e-commerce mereka bisa seperti itu namun Google adalah contoh
fenomena, hanya 1 dari sekian juta yang bisa seperti itu; seharusnya
dalam menjalankan e-commerce membuat asumsi dan target yang masuk
diakal dan dapat dicapai oleh kebanyakan e-commerce dan dalam waktu
yang wajar, misalnya 1 atau 2 tahun, bukan 1 atau 2 bulan. Pada saat
ingin memulai suatu bisnis, seorang calon pengusaha akan berpikir
betapa lamanya waktu 2 tahun tersebut, terutama untuk e-commerce yang
dianggap harus berkembang dengan sangat cepat, akan tetapi apabila
bisnis tersebut tidak dimulai maka 2 tahun kemudian orang yang sama
akan berada pada tempat yang sama dan mungkin masih dengan
ketidaksabaran yang sama dan memikirkan masalah yang sama sedangkan
bagi yang sudah memulainya akan telah mulai melihat hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar