Senin, 04 Oktober 2010

(Silvana Kawulur) Mengapa E-commerce tidak berkembang?

Apakah e-bisnis dan e-commerce memiliki pengertian yang sama? Tentu saja tidak, karena e-commerce merupakan bagian dari e-bisnis. Jadi e-Bisnis memiliki artian yang lebih luas daripada e-commerce. Sedangkan e-Commerce sendiri mengacu kepada penggunaan internet untuk belanja online, seperti untuk belanja produk dan jasa. Contohnya terjadi ketika konsumen men-order tiket, buku atau hadiah, produk berwujud maupun tidak berwujud melalui internet. Jadi ada keterlibatan uang didalam proses tersebut.
Sedangkan e-Bisnis tidak hanya soal uang. Kegiatan melakukan riset pasar, menentukan produk yang tepat baik dari sisi design maupun fungsi produk, menentukan target market, pembuatan website, dan memelihara loyalitas prospek.
Sebagai konsumen, tentu kita dapat membedakan mana itu e-bisnis dan mana itu e-commerce ketika kita akan menggunakan layanan internet.

Contoh 1:
 Contoh sederhananya yaitu ketika kita membuka “online shop” yang menjual baju, sepatu ataupun tas, maka kita telah menggunakan e-commerce. Sebagai konsumen kita akan memilih barang mana yang kita suka, biasanya akan ada nomor telepon pada e-commerce tersebut untuk kita hubungi ketika akan memesan barang. Tentu akan terjadi pembayaran, biasanya pembayaran dilakukan melalui rekening bank, ketika uang di transfer melalui nomor rekening. Padahal kalau kita belanja di ‘offline shop’, barang sudah ditangan dan pembayaran dilakukan dikasir.

Contoh 2:
Contoh lain yaitu ketika kita membuka e-commerce yang menjual barang elektronik ataupun software asli. Ketika kita memesan suatu barang atau software, maka kita akan dimintai data diri pribadi dan nomor kartu kredit, karena pembayaran akan terjadi melalui kartu kredit konsumen.

Dari 2 contoh diatas kita bisa melihat adanya masalah moril yang tersembunyi dari pihak konsumen dan pihak produsen.

Pertanyaannya yaitu:
1.      Apakah barang yang dipesan via internet akan sampai pada kita? dalam hal ini tentu kita sudah membayar harga barang tersebut.
2.      Apakah data diri kita dalam hal ini kartu kredit tidak akan di salahgunakan oleh pihak penjual?

Dari beberapa hal diatas, tentu kita dapat menyimpulkan bahwa masalah moril yang terjadi disini adalah masalah ‘Kepercayaan’ karena sistem Keamanan yang masih kurang.
Di Indonesia, sistem E-commerce ini kurang populer, karena banyak pengguna internet yang masih meragukan keamanan sistem ini, dan kurangnya pengetahuan mereka mengenai apa itu E-Commerce yang sebenarnya. Sehingga sampai saat ini, web resmi yang telah menyelenggarakan e-commerce di Indonesia adalah RisTI Shop. Risti, yaitu Divisi Riset dan Teknologi Informasi milik PT. Telkom, menyediakan layanan e-commerce untuk penyediaan informasi produk peralatan telekomunikasi dan non-telekomunikasi. Web ini juga telah mendukung proses transaksi secara online.

Sumber:
id.wikipedia.com

2 komentar:

  1. Silvana...mengapa PT.Telkom mau membuka Risti Shop? Tolonglah ditelusuri konsep bisnis tersebut. Pakai alat analisa dengan bantuan pertanyaan What, Why, When, How.

    BalasHapus
  2. WHAT WHY WHEN HOW
    WHAT
    Perkembangan E-Commerce di Indonesia
    Didalam perkembangan E-Commerce di Indonesia, memiliki tantangan-tantangan, diantaranya yaitu :
    •Kultur
    - Masyarakat Indonesia, yang masih belum terbiasa dengan berbelanja dengan katalog.
    - Masih harus melihat secara fisik atau memegang barang yang akan dijual.
    - Masih senang menawar harga yang dijual.
    •Kepercayaan
    - Kepercayaan antara penjual dan pembeli masih tipis.
    - Kepercayaan kepada pembayaran elektronik masih kurang.
    - Penggunaan masih jarang.


    Sampai saat ini, web resmi yang telah menyelenggarakan e-commerce di Indonesia adalah RisTI Shop. Risti, yaitu Divisi Riset dan Teknologi Informasi milik PT. Telkom, menyediakan prototipe layanan e-commerce untuk penyediaan informasi produk peralatan telekomunikasi dan non-telekomunikasi. Web ini juga telah mendukung proses transaksi secara online. Selain RisTI, tampaknya belum ada web lain yang menyelenggarakan e-com di Indonesia. Padahal, untuk membuat sistem e-com, investasi yang dikeluarkan tidak sebesar membangun suatu toko yang sebenarnya. Selain itu, lingkup pemasaran produknya bisa jauh lebih luas, karena tidak terbatas pada satu kota tertentu. Selain itu, biaya penyelenggaraan dan promosi pada e-com juga lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem toko yang konvensional.
    Mungkin yang perusahaan lain belum bias menyelenggarakan web ecommerce resmi di Indonesia, karena melihat tidak berkembangnya ecommerce di Indonesia. Selain itu, mereka tidak ingin mengambil resiko yang besar, apalagi soal kepercayaan dan keamanan. Hanya karena PT. Telom adalah PT yang sudah besar dan berjaya, sehingga berani membuka toko e-commerce..

    BalasHapus